Detasemen Antiteror Ubah Strategi: Fokus pada Pencegahan dengan Sosialisasi di 90,4 Kayuagung Radio
Kayuagung - Detasemen Khusus Anti Teror Mabes Polri kini mengubah pola pendekatan dalam menghadapi ancaman terorisme. Jika sebelumnya lebih fokus pada proses penangkapan, kini mereka lebih menekankan pada pencegahan dengan mengadakan sosialisasi menolak paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Sosialisasi ini dilaksanakan di studio Kayuagung Radio pada Rabu (24/07/24) sore.
Brigpol Laga Bring, SH dan Briptu Muhammad Alfarezi, SH, dari Detasemen Khusus Anti Teror Mabes Polri, menjadi narasumber dalam talk show tersebut dengan tema "Menolak Paham Intoleransi, Radikalisme, dan Terorisme di Kalangan Masyarakat".
Dalam talk show tersebut, Brigpol Laga mengucapkan terima kasih kepada pimpinan 90,4 FM Kayuagung Radio atas kesempatan yang diberikan. "Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada pimpinan 90,4 yang telah memberikan kami waktu untuk talk show hari ini. Kami dari Detasemen Khusus Antiteror Mabes Polri yang bergerak khusus di bidang terorisme, jika sebelumnya kami lebih mengedepankan penangkapan, sekarang kami lebih mengedepankan pencegahan atau memangkas dari akarnya permasalahan teroris ini," ujar Brigpol Laga.
Briptu Reji saat talk show menjelaskan secara rinci makna paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme. "Intoleransi itu terpapar dari segi pemikiran, misalnya saat bertetangga dengan berbeda agama, yang bersangkutan enggan bersilaturahmi. Radikalisme adalah terpapar dari sikap dan perilaku sehingga menutup diri, sedangkan terorisme adalah aksi yang merupakan buah dari intoleransi dan radikalisme," jelasnya.
Briptu Reji menambahkan bahwa pencegahan bisa dimulai dari lingkungan keluarga. "Orang tua harus perhatian terhadap anaknya, sehingga mengetahui apa saja hal-hal yang dilakukan anak tersebut sehingga bisa dikontrol," katanya.
Saat diwawancarai seusai talk show, Briptu Reji menjelaskan bahwa tujuan diadakannya sosialisasi ini adalah agar masyarakat bisa dicegah dari terpapar paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme, serta menumbuhkan rasa kepedulian untuk mencegah paham-paham tersebut muncul dan menyebar di kalangan masyarakat. "Kami sampaikan bahwa masyarakat wajib turut serta mencegah paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Kami juga mengajak semua stakeholder setempat dan seluruh organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah dan NU untuk bergandengan tangan mencegah paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme ini sehingga Sumsel, khususnya Kabupaten OKI Kayuagung, aman dan damai tanpa kejadian-kejadian teror," ujar Briptu Reji.
Briptu Reji juga mengajak masyarakat untuk terus menggaungkan empat pilar kebangsaan untuk menguatkan diri agar tidak terpapar paham-paham intoleransi dan radikalisme. "Yang pertama Pancasila, Undang-Undang Dasar, Bhinneka Tunggal Ika, dan yang terakhir NKRI. Kita pegang teguh agar wilayah kita ini aman," tegasnya.
Ia berharap masyarakat dapat meningkatkan rasa toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. "Bisa saling menjaga satu sama lain dan meningkatkan rasa toleransi sesama masyarakat, baik seagama maupun tidak seagama, karena di mata negara dan di mata Tuhan, kita sama," harapnya.
Dengan adanya sosialisasi ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya mencegah paham-paham berbahaya dan bersama-sama menjaga keamanan serta ketenteraman wilayah.
Tidak ada komentar
Posting Komentar