Turunkan Stunting Signifikan, Bupati OKI Berpeluang Raih SWK dari Presiden
Tanda Kehormatan SWK merupakan tanda jasa yang diberikan
Pemerintah Republik Indonesia kepada para warga negara yang dinilai telah
memberikan darma bakti besar, kepada negara dan bangsa Indonesia sehingga dapat
menjadi teladan bagi orang lain, khususnya dalam meningkatkan pembangunan
keluarga berencana serta inovasi-inovasi percepatan penurunan stunting.
“Hari ini kita melakukan verifikasi dan validasi terhadap
usulan pemberian Tanda Kehormatan Satyalencana Wira Karya (SWK) bagi bupati
OKI, setelah melalui berbagai tahapan panjang mulai dari kelengkapan
administratif bahkan melalui proses klarifikasi olen Badan Intelejen Negara
(BIN), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Kejaksaan Agung,” Ujar Gian
Martika Kuswandi, Tim Verifikator Sekretariat Militer presiden di Kayuagung,
Kamis, (15/6).
“Hari ini merupakan tahapan kelima dan artinya ketika kami
datang ke sini Pak Bupatinya, Sudah Clean and Clear,” tambah Gian mengingatkan
bahwa tanda kehormatan SWK akan diserahkan langsung oleh Presiden pada Bulan
Juli mendatang di Banyuasin.
Pada paparannya Bupati OKI, H. Iskandar, SE mengatakan
penurunan stunting signifikan di Ogan Komering Ilir berkat upaya konvergensi
seluruh stake holder.
“Kita menggerakan seluruh stakeholder dari tingkat desa
hingga Kabupaten karena perlu Kerja kolektif untuk mengintervensi angka stunting”,
Ujar Iskandar.
Bupati dua periode ini mengatakan di awal kepemimpinan angka
stunting di OKI merupakan tertinggi di Sumsel.
“Pernah di angka 36 Persen pada tahun 2016 artinya, dari 5
kelahiran anak, 3 orangnya stunting,” ujarnya.
Beberapa penyebab tingginya tingginya angka stunting di
Kabupaten OKI kala itu jelas Iskandar karena adanya salahpola asuh,
ketersediaan air bersih dan sanitasi, serta masih adanya kepercayaan masyarakat
kepada mitos.
“Kalau makan ikan katanya nanti anak jadi amis atau
cacingan,” ini mitos-mitos yang dulu dipercayai masyarkat, padahal ikan
memiliki nilai gizi tinggi,’ Jelas Iskandar.
Untuk itu berbagai langkah dilakukan untuk mengintervensi
tingginya kasus stunting di Ogan Komering Ilir.
“Kita mulai dari hulu melalui pendampingan kepada calon
pengantin, remaja, dan pasangan usia subur untuk diperiksa kesehatan atau
menunda kehamilan jika berisiko,” terang Iskandar.
Upaya konkret lainnya tambah dia melalui Tim Pendamping
Keluarga (TPK).
“Ada 1.806 personil Pendamping Keluarga yang mendampingi
keluarga beresiko stunting terdiri dari Kader PKK, Bidan Desa, Kader
KB,”paparnya.
Selain itu tambah dia, Pemkab OKI juga menggagas inovasi
Perahu Desa, yaitu Perawat Handal untuk Desa, berupa Program Satu Perawat satu
Desa serta Revolusi KIA untuk memantau kesehatan ibu dan anak di masa 1000 hari
pertama kelahiran.
Selain sektor kesehatan, Dukungan lainnya juga melalui
program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), yaitu pengembangan rumah pangan yang
dibangun dalam suatu dusun, desa, kecamatan dengan memanfaatkan pekarangan.
Selain itu juga dukungan dari pemerintah dan desa terhadap ketersediaan
sanitasi, air bersih serta insentif kepada para kader penggerak posyandu
melalui dana desa.
Kerja kolektif itu tambah dia membuahkan hasil antara lain,
angka stunting di Kabupaten OKI turun menjadi 15,1 persen dari 32, 2 persen
pada tahun 2022. atau menurun sebanyak 17,1 persen. Demikian dengan angka
kematian ibu dan bayi menjadi 1 kasus di tahun 2022 sementara angka harapan
hidup masyarakat OKI bertambah menjadi 69 tahun dari 67 tahun pada 2014.
Tidak ada komentar
Posting Komentar