Sukses Turunkan Prevelensi Stunting, OKI Optimis Capai Target Nasional
Wakil Bupati OKI, H.M. Djafar Shodiq menyampaikan
berdasarkan Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 mengatakan OKI
telah berhasil menurunkan prevalensi stunting yakni dari 32,2% menurun jadi
15,1% pada 2022. Itu artinya, telah terjadi penurunan signifikan sebesar 17,1 %
dan harapnya akan terus menurun prevelansi bahkan bisa mengeleminasi stunting
di OKI.
"Terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua
penggerak atas upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten OKI yang telah
melakukan berbagai upaya dan inovasi program demi mendukung visi dan misi
Kabupaten OKI", kata Shodiq. Selasa, (09/05).
Shodiq berharap, semua pihak bisa dapat terus memperkuat
sinergitas sehingga Kabupaten bisa konsisten untuk menurunkan prevelensi
stunting hingga mampu mencapai target nasional prevalensi angka 14 % di tahun
2024 mendatang
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
(DPPKB), H.M.Lubis,SKM.M.Kes mengatakan stunting disebabkan oleh faktor
multidimensi sehingga penanganannya perlu dilakukan oleh Multi sektor.
"Beberapa penyebab stunting bisa bersumber dari praktek
pengasuhan yang tidak baik; terbatasnya layanan kesehatan; kurangnya akses ke
makanan bergizi; dan kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi", jelas
Lubis.
Ditambahkan Lubis, ada dua intervensi percepatan penurunan
stunting di OKI yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif.
"Intervensi spesifik adalah intervensi yang menyasar
penyebab langsung terjadinya stunting, semuanya ada di sektor kesehatan.
Sedangkan, intervensi sensitif menyasar penyebab tidak langsung terjadinya
stunting sebagian besar di luar sektor kesehatan", imbuhnya.
Sementara, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumateras
Selatan, Mediheryanto, SH,MH dalam rapat koordinasi rembuk stunting di
Kabupaten Ogan Komering Ilir mengatakan berdasarkan PERPRES 72/2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting terdapat 5 pilar utama percepatan penurunan
stunting yaitu Peningkatkan Komitmen; peningkatakan komunikasi perubahan prilaku
dan pemberdayaan masyarakat; peningkatan kovergensi intervensi spesifik dan
sensitif; peningkatan ketahanan pangan & gizi; serta penguatan dan
pengembangan sistem data, informasi, riset, dan inovasi.
Lebih lanjut Medi, Kabupaten OKI dengan Jumlah Tim
Pendamping Keluarga terbesar kedua Provinsi Sumatera Selatan diharapkan mampu
terus mengakselerasi penurunan stunting hingga mampu mencapai target nasional.
"Tim Pendamping Keluarga akan melakukan penyuluhan
fasilitasi; pelayanan rujukan; dan fasilitasi penerimaan program bantuan
sosial. Dengan tugas ini TPK diharapkan mampu mendeteksi dini faktor resiko
stunting (spesifik dan sensitif)" tandasnya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar