Pemkab OKI Perkuat Kemitraan Global untuk Memitigasi Karhutbunlah
Melalui program
Strengthening Indonesian Capacity for Anticipatory Peat Fire Management
(SIAP IFM) Pemkab bersama NGO KEMITRAAN Indonesia, mereplikasi pola pencegahan Karhutbunlah
dengan sistem klaster yang dinilai sukses di Afrika Selatan.
Hasbi Berliani, Program Director untuk Sustainable
Governance Community KEMITRAAN mengungkap pencegahan Karhutbunlah melalui
sistem klaster diterapkan pada tiga wilayah di Indonesia, yaitu Pulau Pisang,
Kalimantan Tengah, Pelalawan, Riau dan Ogan Komering Ilir, Sumsel dengan
dukungan UNEP dan USAID
"Sistem klaster ini merupakan suatu pendekatan yang
telah dilaksanakan di Afrika Selatan dan direflikasi di Indonesia" ujar
Hasbi pada pertemuan di Kantor Bupati OKI, Selasa, (7/12)
Selain pada tataran teknis koordinasi, jelas Hasbi saat ini
pemkab bersama KEMITRAAN melakukan penguatan pada tiga sisi utama
"Yaitu pelembagaan (dari tingkat desa, kecamatan,
kabupaten, provinsi
hingga nasional), regulasi sebagai payung hukum, hingga
identifikasi terhadap sumber pendanaan.” ujar dia.
Bupati Ogan Komering Ilir, melalaui Sekretaris Daerah, H.
Husin, S. Pd, MM, M. Pd mengatakan Pemkab OKI mendukung penuh penerapan pola
klaster ini dalam memitigasi kebakaran hutan dan lahan.
"Melalui program SIAP-IFM akan memperkuat tata kelola
kelembangaan pencegahan Karhutlah yang berbasis pada kebijakan lokal dan
memperkuat sistem informasi terpadu untuk deteksi dini cegah karhutlah",
ungkap Sekda Husin.
Selain penanganan Karhutlah Sekda Husin juga menawarkan
kemitraan lain seperti dibidang kesehatan, pendidikan serta pemberdayaan
masyarakat.
"Sejatinya kita bisa melakukan bentuk kerjasama lain
untuk menguatkan kapasitas lembaga baik pendidikan, kesehatan maupun
pemberdayaan masyarakat" ujar dia.
Trevor Wilson, perwakilan Kishugu, (lembaga Afrika Selatan) yang terlibat dalam program SIAP-IFM,menyebut pihaknya sangat bersemangat menjadi bagian dari inisiatif pembentukan klaster pencegahan karhutla di Indonesia.
“Tujuan utamanya (klaster) adalah mitigasi risiko karhutla melalui pencegahan dan koordinasi pemadaman kebakaran yang tidak diinginkan dengan cepat,” jelasnya.
Sementara itu, Johan Kieft dari UNEP mengapresiasi apa yang
telah dihasilkan oleh Pemkab OKI dalam upayanya mencegah karhutla. Menurutnya
upaya di tiga wilayah pilot sejalan dengan upaya KLHK dalam mencegah karhutla
di Indonesia.
Dalam kegiatan yang sama, Harlan Hale, perwakilan dari USAID
menyebut pihaknya merasa senang dapat berkontribusi terhadap upaya pencegahan
Karhutla di daerah rawan kebakaran di Indonesia, termasuk Kabupaten Ogan
Komering Ilir, Sumatera Selatan.
“Pendekatan klaster memungkinkan semua pihak yang
memanfaatkan lahan untuk bersama-sama mencegah Karhutla. Sehingga mengurangi
asap kebakaran yang dapat mengganggu kesehatan dan ekonomi Indonesia,”
terangnya
Salah satu kegiatan SIAP-IFM yang digelar kemarin, yaitu Workshop mitigasi kebakaran hutan,
kebun dan lahan secara hibryd yang menghadirkan narasumber dari Kemenko Maritim
dan Investasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian
Pertanian, Kementerian Dalam
Negeri, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB). Workshop ini diikuti jajaran
Organisasi Perangkat Daerah di OKI, TNI dan Polri, perwakilan perusahaan yang
memiliki izin konsesi serta masyarakat umum.
Pada hari yang sama tim SIAP-IFM OKI mengunjungi Desa Cinta Jaya Kecamatan Pedamaran OKI. Tim berdiskusi bersama Masyarakat Peduli Api (MPA) desa Cinta Jaya terkait mekanisme kerja sama klaster yang selama ini diterapkan di Afrika Selatan serta sosialisasi pemberdayaan kelompok masyarakat pengerajin purun di pedamaran OKI.
Tidak ada komentar
Posting Komentar