Libatkan swasta dan CSO, Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir bentuk lembaga pencegahan Karhutla.
Hal ini menjadi salah satu kesimpulan dalam diskusi yang
diselenggarakan oleh KEMITRAAN bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD), dan dihadiri oleh delapan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), perwakilan
swasta, akademisi dan organisasi masyarakat sipil.
Bupati OKI, melalui Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD), Listiadi Martin, S,Sos., MM.
mengatakan perlu dilakukan tindakan preventif dalam pencegahan karhutla
di Kabupaten OKI.
“Upaya pencegahan akan menjadi lebih optimal jika dilakukan
secara bersama-sama dan tidak hanya menunggu di musim kemarau atau setelah masa
kedaruratan Karhutla ditetapkan. Komitmen bersama diwujudkan dalam bentuk
kelembagaan yang disepakati bersama sehingga berjalan secara mandiri dan
berkelanjutan”, terangnya. (Rabu, 29/09/2021).
Listiadi mengatakan tidak ada cara lain yang lebih ampuh
selain kolaborasi lintas sektor untuk mempermudah dalam mencapai tujuan bersama
karena Karhutla urusan bersama dan harus diselesaikan secara bersama.
“Satu rumus permanen yang dapat kita lakukan yaitu dengan
memperkuat sumber daya dan kapasitas pelaku-pelaku pencegahan karhutla melalui
proses peningkatan kapasitas berjenjang dan mengedepankan praktik gotong-royong
di semua tingkatan”, imbuhnya.
"Berbagi pengalaman sebelumnya, model kelembagaan dalam
pencegahan karhutla tidak hanya pada membentuk organisasi tetapi juga harus
didukung dengan pembauran anggaran semua pihak, peningkatan sumberdaya semua
tingkatan klaster dan perlunya pendampingan kontinyu dari pihak profesional
untuk menuju kemandirian Klaster", ungkap Iwan Setiawan Ketua Asosiasi
Pengusaha Hutan Indonesia (APHI)
Untuk mewujudkan kelembagaan berbasis klaster yang
melibatkan multi pihak, Kabupaten bersama dengan KEMITRAAN melalui program
Strengthening Indonesian Capacity for Anticipatory Peat Fire Management
(SIAP-IFM) dengan dukungan dari United Nations Environment Program (UNEP). Ogan
Komering Ilir menjadi salah satu dari 3 Kabupaten/Kota di Indonesia yang akan
menjadi percontohan penerapan kelembagaan klaster untuk pencegahan Karthutla di
Indonesia.
Ridha Yuanita Sutomo, Program Assistant SIAP-IFM KEMITRAAN
menyebut program ini merupakan inisiatif bersama untuk mencegah kebakaran di
lahan gmbut. “SIAP-IFM Project ini bertujuan untuk menerapkan praktek terbaik
dan pendekatan inovatif Manajemen Kebakaran Terintegrasi, untuk mendukung
Initiatif Gambut Global (Global Peatland Initiative) dan Pemerintah Daerah,
dalam hal ini Kabupaten Ogan Komering Ilir”, jelasnya.
Ia menyebut, keberhasilan pembentukan kelembagaan berbasis
klaster (kelembagaan secara mandiri) dapat mengantisipasi dan mendeteksi lebih
awal potensi Karhutla sehingga dapat dicegah. Adapun keterlibatan multi pihak
diharapkan membuat daerah lebih efisien dan terstruktur dalam mengelola sumber
daya yang ada.
Diskusi menghasilkan beberapa poin penting terkait dengan rencana pencegahan Karhutla di OKI, diantaranya melegalisasi struktur organisasi klaster melalui SK- Bupati, membentuk tim kecil sebagai perumus untuk mendorong terbitnya peraturan pendukung, harmonisasi kelembagaan klaster dengan Satgas Karhutla dan membuat sekretariat kerja bersama Klaster di kantor BPBD.
Tidak ada komentar
Posting Komentar