Saat Harga Cabai Makin Pedas , Ini Jurus Jitu H. Iskandar dan BI
Kayuagung - Pedasnya harga cabai dalam beberapa waktu terakhir, dikeluhkan para pembeli dan juga pedagang. Bahkan, kenaikan komoditas itu turut andil terhadap laju inflasi. Untuk itu, Bupati Ogan Komering Ilir, H. Iskandar, SE bersama Bank Indonesia akan meneruskan pengembangan komoditas cabai di yang selama ini dianggap sudah berhasil di wilayah ini.
“Kita mengapresiasi OKI cukup berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumsel khusus dari sektor pertanian dan perkebunan. Untuk itu, BI optimis melanjutkan kembali kerjasama yang sudah berjalan sejak tiga tahun terakhir dengan Pemkab OKI khususnya dalam pengembangan komoditas cabai” Ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Palembang, Hamid Ponco Wibowo di ruang kerja Bupati OKI, Rabu, (8/2).
Hamid mengatakan Komoditas cabai merupakan salah satu komoditas pemicu inflasi di Sumsel.
“Naiknya harga cabai itu menyumbang inflasi di Sumsel diangka 0,06 persen. Untuk itu kami komitmen bersama Bapak Bupati untuk terus mengembangkan komoditas cabai di OKI juga agar ditiru oleh daerah lain” pungkasnya.
Bupati OKI, H. Iskandar, SE berharap kerjasama BI dengan pemerintahan di bawah kepemimpinannya dapat terus berlanjut dan merambah komoditas lain untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat dan daya saing daerah.
“Cabai kita berhasil, di sektor lain kami berharap BI bisa mensuport penuh seperti perikanan, tanaman padi, peternakan dan hasil-hasil perkebunan rakyat lainnya” kata Iskandar.
Ditinjau dari aspek luasan wilayah dan jumlah penduduk menurut Iskandar OKI merupakan wilayah yang cukup ptensial untuk didorong menjadi penghasil komoditas pertanian dan tanaman pangan di Sumatera Selatan.
Sebelumnya Pemkab OKI dan BI sudah melakukan kerjasama pengembangan komoditas cabai di tiga lokasi, yaitu di Desa Muara Burnai, Kecamatan Lempuing Jaya, Desa Pedu Kecamatan Jejawi dan Desa Suka Pulih Kecamatan Pedamaran sejak tahun 2015 lalu.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten OKI, Syarifuddin, SP. M. Si mengatakan potensi tanaman cabai di OKI tahun lalu mencapai 379 hektar yang dibina melalui kerjasam BI seluas 28 hektar.
“Dari 28 hektar yang dibina oleh BI kita ada peningkatan produksi mencapai 2 ton per hektar. Kerjasama ini akan terus dilanjutkan” Ungkap Syarifuddin.
Selain cabai menurut syarifuddin sentra lain yang akan dikembangkan di OKI, yaitu bawang karena potensi bawang di Kabupaten OKI juga tinggi.
“Selain cabai yang sudah berhasil, BI juga menjajaki kerjasama pengembangan bawang sentranya di tiga kecamatan Lempuing, Lempuing Jaya dan Sungai Menang. Tentu kita menyambut baik karena kendala petani kita adalah modal dan penyediaan bibit. Prospeknya tentu sangat tinggi” Ungkap Syarifuddin.
Harga cabai di pasar Kayuagung sendiri hingga hari ini berkisar di harga Rp 55.000 sampai dengan Rp 80.000,- per kilonya.
Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten OKI, Sudiyanto Djakfar merinci harga cabe merah keriting berkisar di harga Rp 60.000/ kg, cabe merah besar Rp 55.000/kg dan paling tinggi harga cabe rawit merah Rp 80.00/ kg.
Dibanding daerah lain menurut Sudiyanto harga cabe di OKI masih relatif rendah.
“Di daerah lain cabe rawit merah tembus hingga Rp 160.000. Di sini kisarannya 80.000/kg.” ungkapnya.
Harga yang masih relatif stabil ini menurut Sudiyanto karena pasokan cabe yang teratur dari dalam daerah khususnya dari kecamatan Lempuing dan Kecamatan Jejawi.
“Kita mengapresiasi OKI cukup berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumsel khusus dari sektor pertanian dan perkebunan. Untuk itu, BI optimis melanjutkan kembali kerjasama yang sudah berjalan sejak tiga tahun terakhir dengan Pemkab OKI khususnya dalam pengembangan komoditas cabai” Ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Palembang, Hamid Ponco Wibowo di ruang kerja Bupati OKI, Rabu, (8/2).
Hamid mengatakan Komoditas cabai merupakan salah satu komoditas pemicu inflasi di Sumsel.
“Naiknya harga cabai itu menyumbang inflasi di Sumsel diangka 0,06 persen. Untuk itu kami komitmen bersama Bapak Bupati untuk terus mengembangkan komoditas cabai di OKI juga agar ditiru oleh daerah lain” pungkasnya.
Bupati OKI, H. Iskandar, SE berharap kerjasama BI dengan pemerintahan di bawah kepemimpinannya dapat terus berlanjut dan merambah komoditas lain untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat dan daya saing daerah.
“Cabai kita berhasil, di sektor lain kami berharap BI bisa mensuport penuh seperti perikanan, tanaman padi, peternakan dan hasil-hasil perkebunan rakyat lainnya” kata Iskandar.
Ditinjau dari aspek luasan wilayah dan jumlah penduduk menurut Iskandar OKI merupakan wilayah yang cukup ptensial untuk didorong menjadi penghasil komoditas pertanian dan tanaman pangan di Sumatera Selatan.
Sebelumnya Pemkab OKI dan BI sudah melakukan kerjasama pengembangan komoditas cabai di tiga lokasi, yaitu di Desa Muara Burnai, Kecamatan Lempuing Jaya, Desa Pedu Kecamatan Jejawi dan Desa Suka Pulih Kecamatan Pedamaran sejak tahun 2015 lalu.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten OKI, Syarifuddin, SP. M. Si mengatakan potensi tanaman cabai di OKI tahun lalu mencapai 379 hektar yang dibina melalui kerjasam BI seluas 28 hektar.
“Dari 28 hektar yang dibina oleh BI kita ada peningkatan produksi mencapai 2 ton per hektar. Kerjasama ini akan terus dilanjutkan” Ungkap Syarifuddin.
Selain cabai menurut syarifuddin sentra lain yang akan dikembangkan di OKI, yaitu bawang karena potensi bawang di Kabupaten OKI juga tinggi.
“Selain cabai yang sudah berhasil, BI juga menjajaki kerjasama pengembangan bawang sentranya di tiga kecamatan Lempuing, Lempuing Jaya dan Sungai Menang. Tentu kita menyambut baik karena kendala petani kita adalah modal dan penyediaan bibit. Prospeknya tentu sangat tinggi” Ungkap Syarifuddin.
Harga cabai di pasar Kayuagung sendiri hingga hari ini berkisar di harga Rp 55.000 sampai dengan Rp 80.000,- per kilonya.
Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten OKI, Sudiyanto Djakfar merinci harga cabe merah keriting berkisar di harga Rp 60.000/ kg, cabe merah besar Rp 55.000/kg dan paling tinggi harga cabe rawit merah Rp 80.00/ kg.
Dibanding daerah lain menurut Sudiyanto harga cabe di OKI masih relatif rendah.
“Di daerah lain cabe rawit merah tembus hingga Rp 160.000. Di sini kisarannya 80.000/kg.” ungkapnya.
Harga yang masih relatif stabil ini menurut Sudiyanto karena pasokan cabe yang teratur dari dalam daerah khususnya dari kecamatan Lempuing dan Kecamatan Jejawi.