Kadisbun dan Peternakan OKI Sosialisasi Perkenalan Bibit Sawit Baru
Disbun OKI Sosialisasi Perkenalan Bibit Baru. 01/02/17. |
Untuk itu, guna menghindari tertanamnya bibit sawit palsu, dan penggunan bibit sawit unggul maka Dinas Perkebunan dan Peternakan OKI mendatangkan narasumber dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan yakni Ir Sorimuda Oloan Lubis dan Willy Aria harsanto SP. Serta narasumber dari Balai Penelitian Sembawa yakni H Zulkarnain Hamid SP.
Diskusi mengenai bibit sawit unggul tersebut disampaikan kepada Kepala UPTD Perkebunan dan Peternakan, serta penyuluh perkebunan di Kabupaten OKI. “Yang nantinya diskusi dan ilmu pengetahuan ini dapat disampaikan kepada masyarakat, petani dan perusahaan sawit yang ada di OKI,” ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan OK, Aris Panani, Rabu (1/2).
Sambungnya, dari data yang ada bahwa perkebunan sawit untuk masyarakat seluas 20.509 ha, sedangkan untuk perusahan seluas 188.135 ha. “Untuk saat ini belum ditemukan di OKI kasus bibit sawit palsu. Selain itu dalam diskusi ini pula dikenalkan varietas sawit unggul yang cocok di lahan gambut,” ungkapnya.
Dijelaskan Ir Sorimuda Olan Lubis bahwa bibit sawit itu dikatakan palsu baik secara sertfikatnya maupun pemilihan indukan bibit. Karena untuk indukan bibit sawit, melewati proses dan pemilihan agar bibit sawit yang dihasilkan memiliki kualitas unggul. “Juga ada yang memalsukan setifikatnya, seolah bibit unggul padahal aspal . Sehingga ketika dijual akan merugikan petani,” ucapnya.
Sambungnya, untuk mengetahui bibit sawit itu palsu memang memerlukan waktu beberapa tahun saat sawit tersebut menghasilkan. Bila telah menghasilkan maka produksi kelapa sawitnya rendah. Selain itu cangkangnya juga akan merusak pabrik pengolahan. “Sehingga dampaknya meluas, dan pabrik bisa tidak mempercayai produksi sawit dari petani atau perusahaan tersebut,” ucapnya.
Untuk itu, petani dan perusahan diminta untuk menanam sawit dari bibit yang benar- benar memiliki sertfikat yang jelas. “Dan jangan coba- coba sembarang memilih bibit walaupun untuk dipakai sendiri karena hasilnya akan merugikan,” bebernya.
Dirinya tak menampik adanya temuan penggunaan bibit sawit di Sumatera Selatan. Sehingga agar tidak terjadi lagi dan meluas, maka diperlukan pemahaman dan pengetahuan agar jangan sampai salah beli atau menghasilkan bibit sawit sendiri.