Kabupaten OKI Berhasil Tekan Angka Stanting Capai 34 persen
Kayuagung - Permasalahan stanting ini menjadi tanggung jawab bersama dan pencegahan
stanting harus dilakukan di semua sektor. “Alhamdulillah angka stanting
di kabupaten OKI mengalami penurunan ini berkat kerja sama yang
dilakukan oleh semua sektor, sehingga generasi kita menjadi generasi
yang unggul,” Kata Iskandar.
Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan berhasil menurunkan prevalensi stanting atau masalah kurang gizi kronis. yang sebelumnya berada di atas rata-rata nasional 37,2 persen namun kini bisa ditekan menjadi 34 persen. Demikian diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Ogan Komering Ilir, Muhammad Lubis, SKM pada acara peringatan Hari Gizi Nasional ke-56 di pendopoan rumah dinas Bupati OKI, Rabu (27/1/2016).
Berdasarkan hasil riset kesehatan daerah (Rikesda) angka stanting di OKI pada 2013 mencapai 47 persen dan pada 2014 angka stanting di OKI turun menjadi 34 persen.
Untuk menurunkan angka stanting tersebut katanya, pihaknya melakukan langkah-langkah diantaranya dengan cara mengedukasi Masyarakat melalui posyandu. Dan mengajarkan Masyarakat dengan pola hidup Sehat dan bersih serta memberi pola asupan makañan yang cukup. Selain itu, pihaknya juga mengoptimalkan peran dan fungsi jajaran dinas kesehatan, dan memberdayakan duta gizi tinggi prestasi yang dibentuk sejak dua tahun terakhir, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.
Katanya, stanting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stanting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa, serta kemampuan kognitif para penderita juga berkurang.
Menurutnya, untuk mencegah masalah kurang gizi kronis tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan empat hal pokok yakni pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sampai usia enam bulan, memantau pertumbuhan balita, serta meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi.
"Empat hal pokok tersebut akan lebih digalakkan di kabupaten ini sehingga ke depan masalah stanting dapat diatasi dengan baik dan sumber daya manusia di Ogan Komering Ilir memiliki daya saing yang tinggi," kata dia.
Berdasarkan hasil riset kesehatan daerah (Rikesda) angka stanting di OKI pada 2013 mencapai 47 persen dan pada 2014 angka stanting di OKI turun menjadi 34 persen.
Untuk menurunkan angka stanting tersebut katanya, pihaknya melakukan langkah-langkah diantaranya dengan cara mengedukasi Masyarakat melalui posyandu. Dan mengajarkan Masyarakat dengan pola hidup Sehat dan bersih serta memberi pola asupan makañan yang cukup. Selain itu, pihaknya juga mengoptimalkan peran dan fungsi jajaran dinas kesehatan, dan memberdayakan duta gizi tinggi prestasi yang dibentuk sejak dua tahun terakhir, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.
Katanya, stanting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stanting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa, serta kemampuan kognitif para penderita juga berkurang.
Menurutnya, untuk mencegah masalah kurang gizi kronis tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan empat hal pokok yakni pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sampai usia enam bulan, memantau pertumbuhan balita, serta meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi.
"Empat hal pokok tersebut akan lebih digalakkan di kabupaten ini sehingga ke depan masalah stanting dapat diatasi dengan baik dan sumber daya manusia di Ogan Komering Ilir memiliki daya saing yang tinggi," kata dia.