Disperindagkop OKI Memberikan Pelatihan Desain Motif Kerajinan Songket
Kayuagung - Disperindagkop Kabupaten OKI gelar pelatihan desain dan teknologi pencukitan kerajinan songket, yang dilaksanakan di Desa Pematang Kijang, Kecamatan Jejawi, Rabu (4/11/2015).
Tahapan sebelum menenun, ada langkah awal yang harus dilakukan untuk bisa menghasilkan kain songket. Tahap ini disebut dengan proses menyungkit atau membuat motif. Proses inilah yang menentukan seperti apa motif songket itu nanti jadinya.
Demikianlah yang disampaikan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindagkop) Kabupaten OKI, Herry Susanto SSos, pada saat membuka acara pelatihan desain dan teknologi pencukitan kerajinan songket.
Lebih lanjut ia mengatakan, di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), khususnya di Kabupaten OKI, tak banyak yang bisa melakukan pencukitan. Karena memang pengetahuan dan keterampilan ini diturunkan secara turun-temurun. Sehingga, penyungkit ini jumlahnya bisa dihitung dengan jari. “Dengan digelarnya program peningkatan kemampuan ini, diharapkan para pengrajin dapat menguasai semua motif yang akan diajarkan oleh pelatih khusus yang telah kita datangkan dari Palembang,” katanya.
Herry juga menambahkan, Pemkab OKI yang dalam hal ini dikerjakan oleh Disperindagkop OKI menggelar kegiatan ini, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para pengrajin tenun songket, khususnya pada pencukitan. Sehingga dapat terciptanya pengrajin songket yang benar-benar berkwalitas, tangguh dan propesional. “Diharapkan juga dengan diadakanya pelatihan ini para pengrajin songket yang berada di Kabupaten OKI dapat menghasilkan kain songket yang memiliki hasil dan kwalitas yang berdaya saing tinggi,” harapnya.
Salah satu penenun songket, Amran dari Desa Danau Ceper mengatakan sangat berterima kasih atas perhatian yang telah diberikan oleh Pemkab OKI. “Saya selaku perwakilan dari penenun Desa Danau Ceper, Pematang Kijang, Padang Bulan dan Simpang Empat, sangat berterima kasih atas kepedulian yang diberikan oleh Pemkab OKI dengan memberikan pelatihan yang dapat menambah kemampuan dan keterampilan kami dalam meningkatkan hasil dan kwalitas tenun songket ini,” ucapnya.
Ditambahkanya juga, sebelumnya kami hanya melakukan penenunan songket saja. Sedangkan motifnya kami belih di Kota Palembang. Sekarang dengan adanya pelatihan ini sangat bermanfaat sekali bagi kami dalam peningkatan perekonomian,” katanya.
Dalam kesempatan itu juga, Ida Marlina, selaku pelatih desain motif songket menjelaskan, desain songket biasanya terdiri dari teretes, hiasan pinggiran (tepi), tawur, rebung, apit, rumpak, ombak, kembang/tumpal.
Untuk kembang atau tumpal, bisa berupa motif naga besaung nampan perak, bungo cino, ulir, ataupun kembang pacar. Khusus untuk kembang/tumpal tidak boleh diganti. Sudah menjadi pakem, kalaupun mau memodifikasi, biasanya di bagian yang lain.
Proses pembuatan songket, menurutnya dimulai dari nyucuk suri, ngelak, pencukitan (membuat motif). Setelah itu baru menenun.
Bukan sekadar membuat motif songket Palembang tetapi juga mengerjakan motif songket Jambi yang punya ciri khas tersendiri. Yang biasnya bermotif emong kuncai, kembang duren dan angso suo
Ukuran songket biasanya 90 cm x 2 meter. Untuk songket biasnya dibutuhkan 7 tukel benang. Nantinya, bisa menjadi 3 kain songket. Mengerjakannya bisa sepuluh hari.
Mengerjakan songket, mulai dari proses pembuatan motif tidak sedikit. Diantaranya, kuda-kuda (kudo dayan), apit, penyuncing, beluro, por, suri, dan teropong. Juga dibutuhkan banyak lidi, terutama dalam pembuatan motif.
Penggunaan lidi, sedikitnya 170 batang untuk satu songket. Rinciannya,, teretes 21,
tawur 12, rebung 60, rumpal/bunga api 8-10, ombak 9, kembang/tumpal 25-60.
Motif songket ini sendiri, setelah selesai dibuat nantinya bisa digunakan untuk menenun sedikitnya 500 songket. Namun kalau tidak terawat dan tidak telaten, bisa-bisa hanya bisa untuk tiga songket. ”Bergantung kepada penenunnya,” ujarnya.
Tahapan sebelum menenun, ada langkah awal yang harus dilakukan untuk bisa menghasilkan kain songket. Tahap ini disebut dengan proses menyungkit atau membuat motif. Proses inilah yang menentukan seperti apa motif songket itu nanti jadinya.
Demikianlah yang disampaikan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindagkop) Kabupaten OKI, Herry Susanto SSos, pada saat membuka acara pelatihan desain dan teknologi pencukitan kerajinan songket.
Lebih lanjut ia mengatakan, di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), khususnya di Kabupaten OKI, tak banyak yang bisa melakukan pencukitan. Karena memang pengetahuan dan keterampilan ini diturunkan secara turun-temurun. Sehingga, penyungkit ini jumlahnya bisa dihitung dengan jari. “Dengan digelarnya program peningkatan kemampuan ini, diharapkan para pengrajin dapat menguasai semua motif yang akan diajarkan oleh pelatih khusus yang telah kita datangkan dari Palembang,” katanya.
Herry juga menambahkan, Pemkab OKI yang dalam hal ini dikerjakan oleh Disperindagkop OKI menggelar kegiatan ini, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para pengrajin tenun songket, khususnya pada pencukitan. Sehingga dapat terciptanya pengrajin songket yang benar-benar berkwalitas, tangguh dan propesional. “Diharapkan juga dengan diadakanya pelatihan ini para pengrajin songket yang berada di Kabupaten OKI dapat menghasilkan kain songket yang memiliki hasil dan kwalitas yang berdaya saing tinggi,” harapnya.
Salah satu penenun songket, Amran dari Desa Danau Ceper mengatakan sangat berterima kasih atas perhatian yang telah diberikan oleh Pemkab OKI. “Saya selaku perwakilan dari penenun Desa Danau Ceper, Pematang Kijang, Padang Bulan dan Simpang Empat, sangat berterima kasih atas kepedulian yang diberikan oleh Pemkab OKI dengan memberikan pelatihan yang dapat menambah kemampuan dan keterampilan kami dalam meningkatkan hasil dan kwalitas tenun songket ini,” ucapnya.
Ditambahkanya juga, sebelumnya kami hanya melakukan penenunan songket saja. Sedangkan motifnya kami belih di Kota Palembang. Sekarang dengan adanya pelatihan ini sangat bermanfaat sekali bagi kami dalam peningkatan perekonomian,” katanya.
Dalam kesempatan itu juga, Ida Marlina, selaku pelatih desain motif songket menjelaskan, desain songket biasanya terdiri dari teretes, hiasan pinggiran (tepi), tawur, rebung, apit, rumpak, ombak, kembang/tumpal.
Untuk kembang atau tumpal, bisa berupa motif naga besaung nampan perak, bungo cino, ulir, ataupun kembang pacar. Khusus untuk kembang/tumpal tidak boleh diganti. Sudah menjadi pakem, kalaupun mau memodifikasi, biasanya di bagian yang lain.
Proses pembuatan songket, menurutnya dimulai dari nyucuk suri, ngelak, pencukitan (membuat motif). Setelah itu baru menenun.
Bukan sekadar membuat motif songket Palembang tetapi juga mengerjakan motif songket Jambi yang punya ciri khas tersendiri. Yang biasnya bermotif emong kuncai, kembang duren dan angso suo
Ukuran songket biasanya 90 cm x 2 meter. Untuk songket biasnya dibutuhkan 7 tukel benang. Nantinya, bisa menjadi 3 kain songket. Mengerjakannya bisa sepuluh hari.
Mengerjakan songket, mulai dari proses pembuatan motif tidak sedikit. Diantaranya, kuda-kuda (kudo dayan), apit, penyuncing, beluro, por, suri, dan teropong. Juga dibutuhkan banyak lidi, terutama dalam pembuatan motif.
Penggunaan lidi, sedikitnya 170 batang untuk satu songket. Rinciannya,, teretes 21,
tawur 12, rebung 60, rumpal/bunga api 8-10, ombak 9, kembang/tumpal 25-60.
Motif songket ini sendiri, setelah selesai dibuat nantinya bisa digunakan untuk menenun sedikitnya 500 songket. Namun kalau tidak terawat dan tidak telaten, bisa-bisa hanya bisa untuk tiga songket. ”Bergantung kepada penenunnya,” ujarnya.