Haruskah Berbicara ala Suara Bayi?
KAYUAGUNG RADIO - Ketika sedang berbicara dengan bayi atau anak-anak yang masih sangat
kecil, tanpa kita sadari kita sering berbicara dengan suara-suara yang
kita anggap seperti suara bayi. Apakah suara-suara seperti itu pada
awalnya kita lakukan dengan tujuan tertentu?
Ternyata, bukan hanya
orangtua di Indonesia yang berbicara dengan suara bayi atau "baby talk"
semacam itu. Di seluruh dunia Anda akan mendapati para orangtua
berbicara dengan cara yang sama. Mereka akan cenderung menaikkan nada
suara, berbicara lebih perlahan, cenderung memanjangkan huruf hidup
(bayangkan ketika Anda mengucapkan kata "apa" pada bayi, Anda akan
memanjangkan huruf "a" di depan), juga mengulang-ulang kalimat yang baru
saja diucapkan.
Di luar dugaan, ada alasan mengapa kita semua
melakukan hal ini (dan tak perlu merasa konyol jika Anda kedapatan
berbicara dengan intonasi seperti ini). Para peneliti dari Brown
University di Amerika mengungkapkan bahwa memanjangkan suara huruf hidup
ketika berbicara dengan bayi atau batita ternyata dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan bayi mengenali kata-kata. Perubahan intonasi yang
berlebihan saat berinteraksi juga punya tujuan penting, yaitu untuk
menangkap perhatian bayi.
"Boleh percaya boleh tidak, suara bayi
membantu bayi memelajari bahasa. Penelitian menunjukkan bahwa bayi lebih
suka mendengarkan suara bayi kita yang konyol sejak ia lahir. Mengapa
harus begitu?" ujar Roberta Michnick Golinkoff, PhD, penulis buku Einstein Never Used Flashcards dan How Babies Talk: The Magic and Mystery of Language in the First Three Years of Life.
Golinkoff
meminta Anda untuk mempertimbangkan bagaimana suara bayi tersebut.
Seperti penelitian dari Brown University, menurut Golinkoff suara bayi
cenderung bernada tinggi dan seperti bernyanyi. Kita juga cenderung
menyeret-nyeret vokal atau huruf hidup tadi.
Dengan cara itu,
suara Anda akan lebih menarik perhatiannya ketimbang jika Anda berbicara
pada orang dewasa lain yang nadanya membosankan. Bayi bisa memilih
hal-hal mengenai bahasa lebih cepat ketika mereka mendengarkan suara
bayi ketimbang ketika mereka mendengarkan jenis suara yang biasa kita
ucapkan pada pasangan, misalnya.
Namun, Anda tidak perlu berusaha
menekankan suara bayi daripada yang biasa Anda ucapkan secara natural
pada bayi Anda. Dengan cara yang alami, Anda bisa berbagi perasaan yang
positif dan bahagia dengan si kecil, dan ia pun menikmatinya. Dengan
kata lain, tak usah merasa bersalah atau konyol jika Anda melakukannya.
Sumber : kompas.com