Agar Bisnis Kuliner Sehat Lebih Menggugah Selera
KAYUAGUNG RADIO - Banyak orang sebenarnya telah memiliki kesadaran untuk memilih
makanan yang lebih sehat saat bersantap di luar rumah. Hanya saja,
banyak dari mereka yang mengurungkan niat untuk memilih santapan sehat
ketika dihadapkan pada menu makanan di restoran. Apa sebabnya?
Riset
bertema "World Menu Report: Seductive Nutrition" yang digelar oleh
Unilever Food Solutions (UFS) terhadap 5.000 responden dari 10 negara
(Inggris, Jerman, Polandia, Rusia, Amerika Serikat, Brazil, Afrika
Selatan, Turki, China, dan Indonesia) menunjukkan adanya persepsi
negatif dari para konsumen. Bagi konsumen, makanan yang lebih sehat
seringkali kurang menarik karena tiga alasan utama:
* 45 persen responden beranggapan bahwa makanan yang sehat porsinya lebih sedikit
* 57 persen responden mengatakan bahwa makanan sehat lebih mahal
* 43 persen responden menilai makanan sehat kurang lezat.
* 57 persen responden mengatakan bahwa makanan sehat lebih mahal
* 43 persen responden menilai makanan sehat kurang lezat.
Alasan terakhir ini dianggap cukup menantang, khususnya bagi para pemilik bisnis kuliner (termasuk para chef-nya),
yaitu bagaimana agar pilihan makanan yang lebih sehat tetap dianggap
lezat. Selain itu, bagaimana supaya pelanggan tidak membandingkan
makanan sehat dengan menu lain yang dianggap hanya memanjakan lidah.
Untuk
itu, para peneliti menguji persepsi responden mengenai makanan sehat
yang terlihat lezat. Peneliti menunjukkan hidangan ikan yang sehat pada
dua menu yang berbeda, yaitu menu "netral" (ikan trout yang dikukus,
nasi gandum, saus tomat lezat, sayuran panggang dengan saus bawang putih
dan minyak zaitun), dan menu "menggiurkan" (ikan trout segar yang
dikukus, nasi gandum, saus tomat lezat, sayuran panggang pedas dengan
bawang putih asli Italia, dan saus minyak zaitun).
Menu yang
disajikan sama, namun diberi penjelasan yang berbeda. Upaya ini ternyata
menghasilkan respons yang berbeda pada responden. Sembilan responden
dari 10 negara yang disurvei ternyata beranggapan bahwa sajian pada menu
"menggiurkan" terlihat lebih menarik. Dengan kata lain, konsumen enggan
memilih menu yang sehat disebabkan cara deskripsi yang tidak menarik.
Di
sembilan negara tersebut, menu "menggiurkan" ini membuat responden
berpikir bahwa hidangan ikan trout tersebut terasa lebih lezat.
Satu-satunya negara yang tidak memiliki persepsi tersebut adalah
Polandia, yang menganggap bahwa deskripsi menu "netral" terkesan lebih
lezat.
"Menu menggiurkan yang ditulis dengan deskripsi yang baik
dapat menambah daya tarik bagi para pelanggan. Dengan demikian kita
memberikan kesempatan bagi pelanggan untuk memahami asal-usul bahan
makanan yang dipakai, serta proses memasaknya. Bagaimana bahan-bahan
tersebut diolah dan dipersiapkan di dapur," tutur Chef Robin Ho,
Executive Chef The Marmalade Group, dalam laporan World Menu Report.
Di
Indonesia, membuat deskripsi hidangan yang lebih menggugah selera
sebenarnya sangat memungkinkan untuk diterapkan. Apalagi, banyak makanan
tradisional yang memiliki nama yang singkat dan cenderung datar. Aldi
Adhena, Executive Chef Unilever Food Solutions Indonesia, menganggap
penamaan ini menjadi tugas yang menantang tetapi juga menyenangkan.
Misalnya,
untuk eksperimen bersama UFS ia mengubah menu Nasi Goreng menjadi Nasi
Goreng Beras Merah dengan Potongan Ayam Bakar dan Dilengkapi Sayuran
Segar yang Kaya Serat. Menu Ayam Bakar digantinya menjadi Ayam Bakar
tanpa Kulit dengan Saus Kecap Manis, Disajikan dengan Pepes Tahu Jamur
dan Nasi Merah Hangat. Menggoda selera, bukan?
"Saya hanya
melakukan perubahan kecil pada menu favorit ini agar menjadi lebih
sehat, yaitu memperbaiki deskripsi menu makanan akan tampak lebih
menggiurkan bagi konsumen," jelas Aldi, saat bincang-bincang di Gedung
Annex Menara Duta, Kuningan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Tentu
saja, Aldi tidak hanya memberikan detail pada deskripsi menu, tetapi
juga memodifikasi bahan yang dipakai dan cara mengolahnya. Untuk nasi
goreng, misalnya, Aldi memilih menggunakan beras merah yang lebih
berserat. Selain itu, ia menyarankan untuk mengurangi porsi nasinya.
Lalu, ia mengganti ayam goreng dengan dada ayam panggang, dengan lebih
dulu melepas kulitnya. Untuk telur mata sapi, ia hanya menggunakan putih
telur saja. Tambah sayuran seperti brokoli, tomat, mentimun, dan wortel
untuk menambah warna pada hidangan. Terakhir, hilangkan kerupuk.
Dengan
cara ini, Aldi menghasilkan sajian nasi goreng yang rendah lemak,
rendah kalori, mengandung lebih banyak serat berkat sayurannya,
sekaligus membuat hidangan menjadi tampak berselera berkat
warna-warninya.
Hal yang sama ia lakukan pada sajian ayam bakar.
"Ayam goreng atau ayam bakar itu kan, yang paling enak kan kulitnya.
Tetapi, kulit itu lemaknya juga tinggi. Jadi kalau mau mengurangi lemak,
paling gampang pesan agar kulitnya dicabut," ujarnya memberi saran.
Untuk
menu ayam bakar ini, Aldi menggunakan dada ayam tanpa tulang, serta
menambahkan pepes tahu dan jamur untuk menggantikan tahu dan tempe
goreng. Untuk karbohidrat ia juga menggunakan nasi merah, lalu
menambahkan selada, tomat, dan mentimun sebagai garnish-nya. Hasilnya, ayam bakarnya lebih rendah lemak, rendah kalori, dan lebih berserat.
"Yang
harus diperhatikan juga adalah presentasinya. Masakan itu ketika sudah
jadi yang penting adalah mata, karena mata yang pertama menilainya
apakah menarik atau tidak. Lidah lalu jadi terbawa setelah melihat
penyajian," paparnya.
Sumber : female.kompas.com