Kain Tenun Makin Menarik Perhatian
KAYUAGUNG RADIO - Setelah masyarakat tergugah untuk turut melestarikan batik, kini
giliran kain tenun menuntut perhatian. Maklum saja, kain tenun, produk
budaya yang dapat ditemukan dari ujung barat sampai ujung timur
Nusantara, dikhawatirkan akan segera menghilang dari kehidupan
masyarakat Indonesia jika tidak segera dikampanyekan kelangsungan
hidupnya.
Tenun saat ini semakin ditinggalkan oleh generasi muda.
Hal ini disebabkan pekerjaan menenun dianggap tidak memberikan
penghasilan yang layak, mengingat proses pembuatannya yang membutuhkan
waktu berbulan-bulan. Selain itu, tenun di daerah asal pembuatannya
“hanya” dianggap sebagai atribut untuk upacara adat. Tidak terbayangkan
oleh para penenun bahwa hasil karya mereka dihargai begitu tinggi dalam
industri fashion.
Oleh sebab itu, gerakan untuk melestarikan tenun
Indonesia kini gencar dilakukan oleh berbagai pihak, seperti para
perancang busana, organisasi pengadaan produk tenun, perusahaan, sampai
pemerintah.
Linda Hamidy Grander, desainer asal Lombok, NTB, yang
lulus Cum Laude pada 2001 dari Fashion Institute of Design and
Merchandising (FIDM), San Francisco, Amerika, termasuk salah satu anak
daerah yang peduli. Sebelum menggelar show di Hotel Mulia Jakarta,
beberapa bulan lalu, Linda lebih dulu membawa tenun dalam berbagai
produk ke Jepang atas pendampingan Jetro (Japan External Trade
Organization).
Tenun Indonesia memang berpeluang besar meraih
sukses di pasar internasional. Perancang Indonesia bahkan telah berusaha
menyesuaikan rancangannya dengan selera internasional. Misalnya, Jeny
Tjahyawati yang membuat “tiruan” kain tenun khas Nusa Tenggara Timur
untuk koleksi busana bertema “Craftlore” yang diperagakannya di
International Fair of Muslim World di Le Bourget, Paris, Perancis,
Desember 2011. Jeny meniru model tenun NTT lalu memproduksinya melalui
teknik digital printing untuk menghasilkan busana yang lebih ringan.
Sebab, sebagian besar masyarakat di luar negeri lebih menyukai busana
dari kain yang ringan saat digunakan.
Segala upaya pemerintah dan
swasta untuk pelestarian tenun ini sedikit demi sedikit mulai
menampakkan hasil. Yayasan Cita Tenun Indonesia, yang dibentuk oleh Ibu
Okke Hatta, meraih anugerah bergengsi yang diselenggarakan oleh Fashion 4
Development (F4D), mitra dari United Nations Millennium Development
Goals (UN MDGs) di The Pierre Hotel, New York City, September lalu.
Sumber : kompas.com